BLACK BOX
1. Pengertian Black Box Testing
Black Box
Testing merupakan salah satu bentuk
pengujian untuk menguji suatu software tertentu. Bentuk lain yang mirip seperti
Black Box Testing adalah White Box Testing. Untuk pengujian Black Box Testing lebih memfokuskan pada hasil yang
dituju tanpa memikirkan proses internal yang terjadi di dalam software
tersebut. Seperti: pemrograman, design, maintenance, dan lain sebagainnya.
Black Box
Black Box Testing adalah suatu pengujian yang
dilakukan hanya untuk mengamati hasil dari eksekusi pada software tersebut.
Pengamatan hasil ini
melalui data uji dan memeriksa fungsional dari perangkat lunak itu sendiri.
Jadi dapat dianalogikan seperti kita melihat suatu kotak hitam. Dimana kita
hanya bisa melihat penampilan pada luarnya saja, tanpa mengetahui apa yang ada
dibalik kotak hitam tersebut.
Pengujian Black Box Testing ini juga mengevaluasi hanya pada
tampilan luarnya saja (interface), fungsionalnya, dan tidak melihat atau
mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di dalam proses detilnya. Namun hanya
mengetahui proses input dan output-nya saja.
2. Fungsi Black Box Testing
Berikut adalah fungsi-fungsi dari proses pengujian Black Box Testing:
1. Menemukan fungsi-fungsi yang tidak
benar atau hilang di dalam suatu software.
2. Mencari kesalahan interface yang
terjadi saat software dijalankan.
3. Untuk mengetahui kesalahan dalam
struktur data atau akses database eksternal di dalam suatu aplikasi.
4. Menguji kinerja dari software
tersebut.
5. Menginisialisasikan dan mencari
kesalahan dari terminasi software itu sendiri.
3. Macam-macam Black Box
Macam-macam Model Black Box Testing:
1. Boundary
Value Testing
· Pengujian yang melatih nilai-nilai
batas.
· Banyak kesalahan terjadi pada
kesalahan masukan.
· BVA mengijinkan untuk menyeleksi
kasus uji yang menguji batasan nilai input.
· BVA merupakan pelengkap dari equivalence
class Testing.
Langkah-Langkah:
1.
Identifikasi kelas ekuivalen
2.
Identifikasi batasan untuk tiap kelas ekuivalen
3.
Buat uji kasus dengan memilih satu titik pada nilai bawah
batasan dan satu titik pada niali atas batasan.
2.
Use Case Testing
·
Mendefinisikan transaksi pada proses yang ada pada suatu
sistem (requirment definition).
·
Use case biasanya dibuat oleh developer dan
untuk developer, tetapi informasi pada use case sangat berguna bagi tester.
Fungsi Use Case
1.
Menggambarkan functional requirments dari sebuah sistem pada
sisi pengguna.
2.
Dapat digunakan untuk proses identifikasi kebutuhan
pengguna.
3.
Menyediakan dasar untuk komponen internal sistem, struktur,
& keterhubungan.
4.
Menyediakan dasar dalam membangun test case dalam sistem dan
acceptance level.
Langkah-Langkah:
1. Mempertimbangkan resiko dari
transaksi dan jenis-jenisnya pada saat pengujian.
2. Mulai dengan data yang normal dalam
transaksi, pilih transaksi yang vital bagi sistem.
3. Pastikan setiap extension pada use
case telah diuji, ujilah dengan kondisi- kondisi yang ekstrim.
3. Comparison Testing
· Pada beberapa aplikasi reliability dari
sebuah perangkat lunak sangat penting.
· Redundansi perangkat keras dan
perangkat lunak mungkin digunakan untuk meminimalisir kesalahan (error).
· Untuk redundansi perangkat lunak,
gunakan tim yang terpisah untuk mengembangkan setiap versi perangkat lunak yang
independen.
· Uji setiap versi dengan data yang
sama untuk memastikan semua versi menghasilkan keluaran yang sama.
· Jalankan semua versi dengan paralel
dan perbandingan keluaran secara real-time.
4. Performance
Testing
· Mengevaluasi kemampuan program untuk
beroperasi dengan benar dipandang dari sisi acuan kebutuhan. misalnya:
alirandata, ukuran pemakaian memori, kecepatan eksekusi, dll.
· Untuk mencari tahu beban kerja atau
kondisi konfigurasi program.
· Spesifikasi mengenai performansi
didefinisikan pada saat tahap spesifikasi atau desain.
· Dapat digunakan untuk menguji batasan
lingkungan program.
5. Endurance Testing
· Endurance Testing melibatkan kasus uji yang diulangulang dengan jumlah
tertentu dengan tujuan untuk mengevaluasi program apakah sesuai dengan
spesifikasi kebutuhan.
Contoh:
· Untuk menguji keakuratan operasi matematika
(floating point, rounding off, dll).
· Input/outputs (jika menggunakan framework untuk
memvalidasi bagian input dan output).
· Spesifikasi kebutuhan pengujian
didefinisikan pada tahap spesifikasi kebutuhan atau desain.
1. Pengertian White Box
White Box
Testing adalah salah satu cara untuk menguji suatu aplikasi atau
software dengan cara melihat modul untuk dapat meneliti dan menganalisa kode
dari program yang di buat ada yang salah atau tidak. Kalau modul yang telah dan
sudah di hasilkan berupa output yang tidak sesuai dengan yang di harapkan maka
akan di compile ulang dan di cek kembali kode-kode tersebut hingga mencapai
sesuai denganyang di harapkan.
Kasus yang sering menggunakan White Box testing akan di uji dengan beberapa tahapan yaitu
1.
Pengujian seluruh keputusan yang menggunakan logikal.
- Pengujian
keseluruh loop yang ada sesuai batasan-batasannya.
- Pengujian pada
struktur data yang sifatnya internal dan yang terjamin validitasnya.
2. Kelebihan Yang
Terdapat Di White Box Testing
1. Kesalahan
Logika
Menggunakan
sintax ‘if’ dan sintax pengulangan. Dan langkah selanjutnya metode White Box testing ini akan mencari dan
mendeteksi segala kondisi yang di percaya tidak sesuai dan mencari kapan suatu
proses perulangan di akhiri.
2. Ketidaksesuaian
Asumsi
Menampilkan
dan memonitori beberapa asumsi yang di yakini tidak sesuai dengan yang di
harapkan atau yang akan di wujudkan, untuk selanjutnya akan di analisa kembalai
dan kemudian di perbaiki.
3. Kesalahan
Pengetikan
Mendeteksi
dan mencarian bahasa-bahasa pemograman yang di anggap bersifat case sensitif.
3. Kelemahan White Box Testing
Pada
perangkat lunak yang jenisnya besar, metode White
Box testing ini dianggap boros karena melibatkan banyak sumberdaya untuk
melakukannya.
4. Pengujian White Box Testing
Pengujian ke White Box
testing adalah menguji yang di dasarkan kepada pengecekkan ke dalam detail rancangan,
penggunaan yang di lakukan struktur control dari suatu desain pemograman untuk
dapat membagi pengujian ke beberapa kasus pengujian. Dan di dapat bahwasanya White Box testing menggungakan petunjuk
untuk menghasilkan program yang di harapkan dan efisien.
Metode pengujian pada White Box testing ini sering di lakukan untuk
1.
Memberikan dan membuat suatu jaminan bahwa seluruh
jalur-jalur yang independen hanya menggunakan modul minimal satu kali.
- Keputusan yang
sifatnya logis dapat di gunakan di semua kondisi true (benar) atau false
(salah).
- Mengeksekusi
seluruh perulangan yang ada ke pada batas nilai dan operasional di setiap
situasi dan kondisi.
- Syarat yang di
lakukan dalam menjalankan strategi White
Box testing
- Mendefinisikan
tentang seluruh alur-alur logika yang ada.
- Membangun dan
membuat suatu kasus yang akan di gunakan untuk tahap pengujian.
- Hasil pengujian
yang telah di dapatkan akan di lakukan eveluasi kembali.
- Pengujian yang di
lakukan haruslah secara menyeluruh.

Comments
Post a Comment